Tidur
tidak serta merta Allah ciptakan untuk melepas kepenatan hamba-Nya dari
berbagai macam aktivitas yang dilakukan pada siang hari. Tidur adalah
sarana untuk mengembalikan energi-energi manusia yang sempat terkuras
oleh kesibukan-kesibukan dunia. Tidur pun merupakan sarana untuk
melemaskan otot-otot kita yang sempat bersitegang dengan rutinitas,
persoalan hidup, dan persaingan-persaingan yang kita hadapi setiap
harinya.
“Dialah
yang menjadikan untukmu malam sebagai pakaian, dan tidur untuk
istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” (Qs. Al
Furqon:47).
Allah memberikan waktu-waktu khusus untuk kita sebagaimana perjalanan sunatullah-Nya
yang tergambar pada surah Al-Furqon ayat 47 tersebut di atas. Bahkan
Allahpun juga menjelaskan lagi perkara tidur di surah lainnya seperti
Qs An-Naba’:9-11; “Dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami
jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari
penghidupan.”
Menyikapi kedua surah tersebut di atas tentulah tidak semata-mata turun begitu saja tanpa asbabul nuzulnya. Rasulullah saw sebagai teladan, memberikan contoh tidur yang baik untuk kita.
Bagi
beliau tidur tidak dilepaskan dari urusan iman. Tidur tetap merupakan
sarana beribadah kepada Allah SWT. Tidurnya Rasulullah dapat menjadikan
beliau segar bugar dan dapat mengemban amanah dakwah kembali pada siang
harinya. Bahkan sepanjang hidup beliau, Rasulullah terkenal sebagai nabi
yang hampir tidak pernah sakit. Jika kita telusuri apa yang menjadi
rahasia beliau sehingga, tidurpun dapat menjadi sumber kekuatan yang
diberikan Allah dalam meningkatkan stamina dan motivasi Rasulullah
dalam berdakwah.
Ada
beberapa hal yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah saw dalam
menjaga kualitas tidur beliau, sebagaimana dijelaskan berikut ini:
Posisi tidur yang dianjurkan oleh Rasulullah saw;
Rasulullah
saw ketika tidur beliau sangat memperhatikan posisi tidur yang baik.
Rasulullah ketika tidur selalu memiringkan tubuhnya ke sebelah kanan.
Posisi tidur seperti ini menurut ahli kesehatan justru baik untuk
kesehatan jantung, membebaskan organ-organ tubuh manusia, dan makanan
berada dalam lambung akan stabil sehingga proses pencernaan berlangsung
lebih efektif. Berbeda halnya dengan posisi tidur yang telentang atau
tengkurap. Posisi tidur seperti ini akan mempengaruhi pola pernafasan
manusia (jantung dan paru).
Dalam
sebuah riwayat yang direkam oleh Abu Umamah dalam Musnad dan Ibnu Majah
menyebutkan bahwa nabi pernah lewat di hadapan seorang lelaki yang
sedang tidur menelungkup, maka beliau menyepaknya dengan kaki beliau
sambil bersabda: “bangun dan duduklah! Inilah tidurnya para ahli
neraka.
Mengenal waktu tidur yang baik
Waktu
tidur yang baik tentulah tidak berlebihan. Rasul selalu mengajarkan
pertengahan kepada manusia. Tidak melampaui batas yang dibutuhkan oleh
tubuh dan tidak juga menahan diri untuk beristirahat. Ada yang tidur
sepanjang waktu tanpa mengenal waktu.
Terkadang
karena pekerjaan waktu tidur kitapun tidak sesuai dengan telah
diajarkan dalam Islam. Siang dijadikan untuk tidur, dan malam dijadikan
untuk bekerja. Hal ini sering kita temui,apalagi yang bekerja sebagai
seniman, dan buruh pabrik. Rasulullah sendiri mengatur waktu tidurnya.
Beliau selalu tidur lebih awal diantara pukul 9 malam dan bangun pada
dinihari untuk bermunjab kepada Allah Swt sampai waktu subuh tiba.
Adapun
waktu-waktu yang dilarang untuk tidur adalah setelah sholat shubuh,
karena tidur setelah sholat shubuh akan menimbulkan kemalasan dalam
berktifitas. Kemudian tidur diwaktu ashar. Tidur diwaktu ashar akan
menimbulkan kebodohan, karena waktu ashar merupakan waktu yang sempit,
dikhawatirkan orang yang tidur diwaktu ashar akan kebablasan untuk
meninggalkan sholat ashar bahkan sampai pada sholat magrib.
Berdo’a sebelum tidur.
Doa
adalah sifat kepasrahan total yang dilakukan oleh manusia kepada Allah.
Dengan doa kita menitipkan kembali apa-apa yang diberikan Allah kepada
kita. Doa juga merupakan wujud rasa syukur kita terhadap karunia-karunia
yang telah diberikan kepada kita selama seharian penuh. Mengawali
aktifitas dengan doa’, ketika kita bangun tidur dan menutup aktifitaspun
juga dengan doa, ketika kita kembali tidur.
Sebagai
mana yang dilakukan oleh Rasulullah menjelang tidur, beliau bersiwak,
lalu berwudhu seperti layaknya orang sholat. Kemudian memanjatkan doa
sebagai berikut, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadist shahih,
Imam Bukhari dan Imam Muslim, “Ya Allah aku serahkan jiwaku ini
kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku
kepada-Mu, dengan penuh harap dan takut kepada-Mu. Tiada tempat kembali,
tiada tempat yang menyelamatkan dari diri-Mu, kecuali dengan berpasrah
kepada-Mu.”
Imam
Ibnu Qayyim menjelaskan terkait doa menjelang tidur; “ Menyerahkan
urusan kepada Allah artinya mengembalikannya kepada-Nya. Dan itu
mengharuskan hati yang tenang dan tuma’ninah, ridha dengan apa yang diputuskan-Nya dan apa yang dipilihkan-Nya. Dan penyerahn diri merupakan kedudukan paling mulia dari maqom
penghambaan. Adapun menyandarkan punggung kepada Allah SWT mencakup
penyadaran diri yang kuat kepada-Nya, percaya kepada-NYa dan merasa
tentram bersama-Nya, bertawakal kepada-Nya. Sebab, barang siapa yang
menyandarkan punggungnya ke sandaran yang kokoh, ia tidak akan takut
jatuh”.
Tidur
adalah sarana sumber pemulihan energi yang sangat baik dan menyehatkan.
Hal ini akan kita dapatkan, jika kita memahami betul adab-adab tidur
yang diajarkan dalam Islam. Agar tidur yang kita lakukan lebih bermakna
sebagaimana Rasulullah ajarkan kepada kita.
Semoga Bermanfaat. Terima Kasih.
sumber http://muhammadramahray.blogspot.com/2012/09/mengungkap-rahasia-tidur-rasulullah.html
sumber http://muhammadramahray.blogspot.com/2012/09/mengungkap-rahasia-tidur-rasulullah.html
Comments
Post a Comment