Menjaga keistiqomahan apapun itu, memang terkadang terasa amat
berat, juga saya. Termasuk tentang konsistensi ibadiah Ramadhan.
Sering terdengar dari ceramah satu ke ceramah lainnya, bahwa awalan
Ramadhan hampir semua masjid kebanjiran jama’ah. Subhanallah.. betapa
Ramadhan ini adalah bulan yang spektakuler.
Dari yang dewasa sampai
anak-anak seperti bahagia dan antusias menyambut kedatangannya. Namun,
menjelang akhir perjalanan Ramadhan, masjid-masjid tak seramai diawal
lalu (walau itu memang bukan indikasi bahwa amalan yaumiyah/ harian
yang mereka kerjakan menurun pula). Ada beberapa penyebab menurunnya
kuantitas dan konsistensi dalam beribadah tadi. Diantaranya:
Kelelahan dan Jenuh : Ramadhan itu bulan jackpot. Setiap amalan berlipat ganda. Rasulullah
SAW berkhutbah pada hari terakhir bulan Sya’ban:“….Siapa yang
melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan
lain..”. Inilah yang menjadi penyemangat sekaligus penyebab
jutaan umat begitu semangatnya beribadah. Tidak masalah menurutku
karena ini adalah sebuah moment. Banyaknya melakukan aktifitas
tambahan, tiap orang punya diary, catatan dan target tersendiri untuk
Ramadhannya. Setelah itu bertemulah ia dengan masa lelah bahkan jenuh
akibat kefull-an aktifitas tersebut. Untuk itu, amatlah penting untuk
merefresh kembali semangat Ramadhan kita. Diantaranya bisa dengan
membaca buku penunjang, artikel Ramadhan, ataupun terjemahan Qur’an dan
hadist tentang keutaman-keutamana Ramadhan. Ataupun bisa pula
merefresh dalam bentuk aktifitas, mengganti mukenah satu dengan lainnya
agar lebih bersemangat sholat, tilawah dengan Quran berbeda,
merencanakan iftor bersama teman, atau sekedar mengkeasikan menu
berbuka.
Padat dan bertambahnya aktifitas.
Banyaknya pekerjaan dikantor atau juga tambahan agenda semacam
persiapan Lebaran, buat kue-kue manis, belanja keperluan Idul Fitri
-pakaian baru-, agenda bersih-bersih rumah, kesemua agenda tambahan
tersebut sebenarnya tidak masalah, selama kita bisa memproporsikannya
dengan baik. Namun terkadang, sanking berbahagianya seseorang menyambut
Idul Fitri, agenda-agenda tersebut bisa menjadi prioritas utama
dibanding melaksanakan amalan yaumiyah Ramadhan. Akhirnya, kita
kehabisan waktu untuk melakukan ibadiah utama Ramadhan. Untuk itu,
jadwal ulang-lah rencana kegiatan-kegiatan tersebut, membagi job kerja
dirumah agar semua pekerjaan tidak terpikul pada satu orang saja, misal
istri kebagian buat kue, suami kebagian bersih-bersih rumah, atau bisa
pula dilakukan bersamaan. Intinya me re-plan. Kalaupun ternyata masih
punya agenda dan pekerjaan yang masih banyak, maka rencanakanlah untuk
meluangkan waktu ditengah aktifitas padat tersebut untuk sekedar
melakukan ibadah-ibadah tertentu. Semisal menyempatkan dhuha saat break
kerja, dan sejenisnya. (*cerita ini juga saya dapatkan di blog salah
satu teman yang dalam agenda Ramadhannya punya target untuk
mengkhatamkan Quran, maka setiap waktu istirahat bersama teman-temannya,
mereka menyempatkan untuk tilawah di masjid kantor bersama,
Subhanallah : )
Ramadhan itu indah. Ini bulan pendidikan, bulan
tarbiyah. Ketika Allah SWT ingin mentarbiyah kita tentang amalan-amalan
dan keikhlasan. Dan sebagai penyemangatnya, Ia menaruh banyak sekali
keutamaan dibulan ini. Semoga bisa termaksimalkan dengan amat baik,
berkualitas dan memuaskan.
“Malam kemuliaan itu
lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat
dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar:
3-5).
.Note 10 terakhir Ramadhan 1433 H.
Comments
Post a Comment